"Tuhan itu ga adil"
"kenapa harus aku? kenapa gak dia?"
"orang bilang Tuhan gaakan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya. tapi apa? buktinya sekarang aku kaya gini? mana yang bilang Tuhan itu adil? mana?"
line line hopeless dan gamang itu emang biasa kita dengar dari bibir orang yang sedang ada dalam masalah. bahkan aku pernah melontarkan kalimat kalimat bodoh itu saat aku ada dalam masa masa gamangku. menyadari betapa bodohnya aku mempertanyakan dimana keadilan Tuhan padahal aku jelas tau Tuhan itu Maha Adil. dan dengan entri ini, aku mencoba menceritakan betapa Tuhan itu Maha Adil dari apa yang aku alami.
Aku adalah seorang cewek berusia 19 tahun yang mengecam pendidikan di fakultas yang -awalnya- tidak aku kehendaki. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. aku -sejujurnya- adalah orang yang mengejek teman temanku saat mereka mengatakan ingin melanjutkan kuliah di Universitas yang terletak sangat jauh dari rumahku itu. bukannya aku meremehkan Universitas itu dan profesi guru. hanya saja aku tidak pernah terfikirkan untuk menjadi guru. tanpa bermaksud meninggi, berbicara dihadapan orang orang bukan hal yang sulit buatku. namun mengontrol beberapa orang adalah hal yang sulit buatku. dan hal lain yang membuatku enggan untuk berkuliah disana adalah jarak dan beberapa pandangan orang tentang sedikit keponya fakultas tersebut.
dan takdir memang tidak pernah disalahkan. SNMPTN, aku yang mencoba komunikasi USU, sastra Inggris Unimed dan HI Unand berhasil lulus di sastra inggris Unimed. tidak ada bayangan sama sekali bahwa aku akan lulus disana. di tempat yang aku pilih karna dorongan -dan sedikit paksaan- orangtuaku. dan dilain sisi, karna dorongan -dan lagi lagi paksaan- aku yang mencoba seleksi lokal unimed juga berhasil lulus di pendidikan bahasa inggris unimed yang jadi pilihan pertamaku. dan mau tidak mau aku mengikuti semuanya.
bahasa bukanlah yang aku benci, apalagi bahasa inggris. jurusan yang kuinginkan adalah Hubungan Internasional yang tentunya berkaitan dengan bahasa juga. namun yang membuatku menutup diri adalah lingkungan dan tempat yang tidak aku inginkan.
di awal aku berusaha untuk tidak begitu mengacuhkan semua, saat penerimaan mahasiswa baru di hari kedua aku memilih untuk tidak mengikutinya. dan berusaha untuk tidak begitu acuh dengan mata kuliah sebagai wujud berontakku. namun akhirnya, 3.29 dan 3.6 menjadi IP pertama dan keduaku. sungguh IP yang jauh dari bayangan. bahkan memimpikannya pun aku enggan. tapi memang itu yang terjadi. namun aku bukannya bersyukur atas apa yang kuperoleh, hal itu semakin membuatku jengah dan semakin ingin berontak. aku meminta untuk mengikuti SNMPTN tahun berikutnya dan bersikeras kuliah di luar Medan. beribu alasan sudah kuutarakan, tapi orangtuaku tetap bersikeras bahwa unimed sudah lebih dari cukup. dan mulai saat itu aku semakin malas ke kampus dan mengikuti mata kuliah. lagi lagi untuk menunjukkan bahwa aku benar benar tidak ingin ada disana. masih dengan kekeras kepalaanku, aku lagi lagi bertanya pada mereka -orangtuaku- kenapa aku tidak diperbolehkan menuruti apa yang aku ingini? dan dengan satu pertanyaan itulah muncul berjuta alasan klise khas orangtua. bukannya aku membenci mereka, justru aku menyayangi mereka hanya saja aku merasa ini tidak adil. dan mulai saat itu aku bertanya tanya mengapa Tuhan tidak mengambil alih dalam hal ini. padahal jelas jelas aku sangat tidak menginginkan hal itu.
di lain sisi, aku adalah seorang cewek dengan beberapa hal yang bisa kukerjakan dengan cukup baik. dan tidak jarang hal hal itu membuat orangtuaku bangga. hanya saja terkadang aku terlalu menyesali keadaanku. dengan fisik yang tidak begitu cantik, dan semua kekeurangan kecil lainnya yang kalau difikir fikir sangat tidak masuk akal untuk ku keluh kesahkan.
"kenapa aku gabisa kaya dia ya..." kalimat bodoh itu sering menggantung dikepalaku sampai akhirnya membuatku melupakan apa yang telah Tuhan berikan padaku.
aku -ditengah hiruk pikuk dan pergaulan kota besar- memang menyenangi kebiasaan melayap, atau bahasa kerennya hang out. namun terkadang kembali lagi ke orangtua. aku terlalu dilarang. oke tidak. tepatnya terkadang mereka melarangku. mereka memang tidak pernah melarangku menonton konser. tapi mereka terkadang melarangku untuk kelayapan di malam hari.dan hal halo bodoh lainnya yang belakangan aku tahu mereka benar.
dan sekarang, semakin kesini aku sadar bahwa Tuhan itu Maha Adil. aku tau dengan Dia membiarkanku tetap di Unimed, Dia melindungiku dari kemungkinan terburuk seperti homesick, atau kejahatan kejahatan lain di kota metropolitan sekelas jakarta. atau mungkin kebodohanku yang akan menyebabkanku masuk ke kehidupan dijalan yang salah disana. karna jujur, akku adalah tipe orang yang mudah terbawa. dan sekarang aku merubah jalan fikiranku. seiring dengan kelapangan yang berusaha ku bangun belakangan ini aku sadar. mungkin Tuhan memang punya rencana indah dengan aku yang mengecam pendidikan di Unimed. sama seperti yang Dia buat terakhir ini. dan soal sisi lain itu, aku sadar setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. dan aku belakangan tau, orang yang aku kagumi dan yang aku ingini menjadi sepertinya pun memiliki masalah yang mungkin akan membuatnya berfikir Tuhan tidak adil.
dan intinya, sekarang aku tau Tuhan itu adil. di setiap masalah dan keraguan yang kita alami, sesungguhnya Tuhan benar benar punya rencana atas itu.
“Singleness, childlessness, death, and divorce frustrate ideals and postpone the fulfillment of promised blessings…But these frustrations are only temporary. The Lord has promised that in the eternities no blessing will be denied his sons and daughters who keep the commandments…and desire what is right” (Elder Dallin H. Oaks, Ensign, Nov. 1993, 75).
*maaf kalau aku gabisa menyampaikan maksudku dengan lancar :D maklum, newcomer
No comments:
Post a Comment