Pages

Sunday, January 22, 2012

God is FAIR

"Tuhan itu ga adil"
"kenapa harus aku? kenapa gak dia?"
"orang bilang Tuhan gaakan memberikan cobaan diluar batas kemampuan umatnya. tapi apa? buktinya sekarang aku kaya gini? mana yang bilang Tuhan itu adil? mana?"
line line hopeless dan gamang itu emang biasa kita dengar dari bibir orang yang sedang ada dalam masalah. bahkan aku pernah melontarkan kalimat kalimat bodoh itu saat aku ada dalam masa masa gamangku. menyadari betapa bodohnya aku mempertanyakan dimana keadilan Tuhan padahal aku jelas tau Tuhan itu Maha Adil. dan dengan entri ini, aku mencoba menceritakan betapa Tuhan itu Maha Adil dari apa yang aku alami.

Aku adalah seorang cewek berusia 19 tahun yang mengecam pendidikan di fakultas yang -awalnya- tidak aku kehendaki. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. aku -sejujurnya- adalah orang yang mengejek teman temanku saat mereka mengatakan ingin melanjutkan kuliah di Universitas yang terletak sangat jauh dari rumahku itu. bukannya aku meremehkan Universitas itu dan profesi guru. hanya saja aku tidak pernah terfikirkan untuk menjadi guru. tanpa bermaksud meninggi, berbicara dihadapan orang orang bukan hal yang sulit buatku. namun mengontrol beberapa orang adalah hal yang sulit buatku. dan hal lain yang membuatku enggan untuk berkuliah disana adalah jarak dan beberapa pandangan orang tentang sedikit keponya fakultas tersebut.
dan takdir memang tidak pernah disalahkan. SNMPTN, aku yang mencoba komunikasi USU, sastra Inggris Unimed dan HI Unand berhasil lulus di sastra inggris Unimed. tidak ada bayangan sama sekali bahwa aku akan lulus disana. di tempat yang aku pilih karna dorongan -dan sedikit paksaan- orangtuaku. dan dilain sisi, karna dorongan -dan lagi lagi paksaan- aku yang mencoba seleksi lokal unimed juga berhasil lulus di pendidikan bahasa inggris unimed yang jadi pilihan pertamaku. dan mau tidak mau aku mengikuti semuanya.
bahasa bukanlah yang aku benci, apalagi bahasa inggris. jurusan yang kuinginkan adalah Hubungan Internasional yang tentunya berkaitan dengan bahasa juga. namun yang membuatku menutup diri adalah lingkungan dan tempat yang tidak aku inginkan.
di awal aku berusaha untuk tidak begitu mengacuhkan semua, saat penerimaan mahasiswa baru di hari kedua aku memilih untuk tidak mengikutinya. dan berusaha untuk tidak begitu acuh dengan mata kuliah sebagai wujud berontakku. namun akhirnya, 3.29 dan 3.6 menjadi IP pertama dan keduaku. sungguh IP yang jauh dari bayangan. bahkan memimpikannya pun aku enggan. tapi memang itu yang terjadi. namun aku bukannya bersyukur atas apa yang kuperoleh, hal itu semakin membuatku jengah dan semakin ingin berontak. aku meminta untuk mengikuti SNMPTN tahun berikutnya dan bersikeras kuliah di luar Medan. beribu alasan sudah kuutarakan, tapi orangtuaku tetap bersikeras bahwa unimed sudah lebih dari cukup. dan mulai saat itu aku semakin malas ke kampus dan mengikuti mata kuliah. lagi lagi untuk menunjukkan bahwa aku benar benar tidak ingin ada disana. masih dengan kekeras kepalaanku, aku lagi lagi bertanya pada mereka -orangtuaku- kenapa aku tidak diperbolehkan menuruti apa yang aku ingini? dan dengan satu pertanyaan itulah muncul berjuta alasan klise khas orangtua. bukannya aku membenci mereka, justru aku menyayangi mereka hanya saja aku merasa ini tidak adil. dan mulai saat itu aku bertanya tanya mengapa Tuhan tidak mengambil alih dalam hal ini. padahal jelas jelas aku sangat tidak menginginkan hal itu.


di lain sisi, aku adalah seorang cewek dengan beberapa hal yang bisa kukerjakan dengan cukup baik. dan tidak jarang hal hal itu membuat orangtuaku bangga. hanya saja terkadang aku terlalu menyesali keadaanku. dengan fisik yang tidak begitu cantik, dan semua kekeurangan kecil lainnya yang kalau difikir fikir sangat tidak masuk akal untuk ku keluh kesahkan.

"kenapa aku gabisa kaya dia ya..." kalimat bodoh itu sering menggantung dikepalaku sampai akhirnya membuatku melupakan apa yang telah Tuhan berikan padaku.
aku -ditengah hiruk pikuk dan pergaulan kota besar- memang menyenangi kebiasaan melayap, atau bahasa kerennya hang out. namun terkadang kembali lagi ke orangtua. aku terlalu dilarang. oke tidak. tepatnya terkadang mereka melarangku. mereka memang tidak pernah melarangku menonton konser. tapi mereka terkadang melarangku untuk kelayapan di malam hari.dan hal halo bodoh lainnya yang belakangan aku tahu mereka benar.

dan sekarang, semakin kesini aku sadar bahwa Tuhan itu Maha Adil. aku tau dengan Dia membiarkanku tetap di Unimed, Dia melindungiku dari kemungkinan terburuk seperti homesick, atau kejahatan kejahatan lain di kota metropolitan sekelas jakarta. atau mungkin kebodohanku yang akan menyebabkanku masuk ke kehidupan dijalan yang salah disana. karna jujur, akku adalah tipe orang yang mudah terbawa. dan sekarang aku merubah jalan fikiranku. seiring dengan kelapangan yang berusaha ku bangun belakangan ini aku sadar. mungkin Tuhan memang punya rencana indah dengan aku yang mengecam pendidikan di Unimed. sama seperti yang Dia buat terakhir ini. dan soal sisi lain itu, aku sadar setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangannya masing masing. dan aku belakangan tau, orang yang aku kagumi dan yang aku ingini menjadi sepertinya pun memiliki masalah yang mungkin akan membuatnya berfikir Tuhan tidak adil.
dan intinya, sekarang aku tau Tuhan itu adil. di setiap masalah dan keraguan yang kita alami, sesungguhnya Tuhan benar benar punya rencana atas itu.

Singleness, childlessness, death, and divorce frustrate ideals and postpone the fulfillment of promised blessings…But these frustrations are only temporary. The Lord has promised that in the eternities no blessing will be denied his sons and daughters who keep the commandments…and desire what is right” (Elder Dallin H. Oaks, Ensign, Nov. 1993, 75).


*maaf kalau aku gabisa menyampaikan maksudku dengan lancar :D maklum, newcomer

Saturday, January 21, 2012

indahnya syukur

MENTARI. bak lampu pijar yang mampu menerangi setiap hati yang lara dan dengan keikhlasan memberi energi pada insan di dunia.

BULAN. dengan kerlingan nakalnya yang mampu memunculkan binar nakal pada setiap penikmatnya pun tetap dengan sabar menemani jiwa yang terjaga di heningnya malam.

sementara AKU, tak ayalnya manusia keji yang dengan penuh serakah mengharap dapat mengganti posisi bulan dan mentari.

Dream, Pray, and Believe

pemimpi. kata kata itu yang banyak orang orang tujukan ke aku. sebenarnya ga ada yang salah dengan kata kata pemimpi.. hanya saja terkadang orang meremehkan kebiasaan bermimpi -menurutku-. aku terbiasa mendengar kalimat kalimat seperti "ira, lo itu terlalu banyak mengkhayal" atau "hahaha. impossible" dan itu udah seperti makanan sehari-hari. mulai dari keluarga, teman, orang sekitar, mereka terlalu meremehkan pekerjaanku berdiam diri dan menjelajahi dunia.

menurutku semua itu berawal dari mimpi. bahkan keberadaan kita di dunia berawal dari mimpi. mimpi orangtua kita tentunya. mereka bermimpi memiliki anak dan Tuhan memberikannya. yah, walaupun terkadang anak itu tumbuh menjadi anak pembangkang -haha-. 

kembali ke judul tulisan ini "Dream, Pray and Believe" -Bermimpi, Berdoa dan Percaya- tentu saja mimpi itu akan mejadi semu karna tidak dibarengi dengan usaha dan tentu saja doa. seperti orangtua kita tadi, mereka awalnya bermimpi untuk memiliki anak, lalu mereka memohon dan berdoa, meminta pada Tuhan, lalu mereka percaya Tuhan akan memberikan kita sebagai hadiah terindah dari mimpi mereka.
jadi jelas, tidak ada yang salah menjadi seorang pemimpi. dan kali ini, aku akan bercerita tentang kegemaranku bermimpi yang akhirnya berbuah hadiah terindah. persis seperti mimpi, harapan dan kepercayaan setiap orangtua.

Semua dimulai saat aku berumur 9 tahun dan duduk dibangku kelas 4 SD. saat itu aku yang hobi membaca dihadiahi sebuah diary bergambar winnie the pooh kesukaanku oleh seorang yang namanya tidak boleh disebut -haha- saat itu aku yang kurang paham kegunaan diary bertanya tanya sampai akhirnya mereka menyarankan untuk menggunakannya sebagai tempat untuk menulis cerita tentang apa yang kualami setiap hari. dan mulai saat itu, aku yang masih anak anak dengan kepo dan maruknya rajin berceloteh dengan kata dalam diary tersebut. sampai diary itu habis dan aku membeli diary lain. dan FYI, sampai saat ini aku masih menulis diary. dan setelah aku duduk di bangku kelas 2 SMP, aku yang masih tetap hobi baca beralih dari buku buku Enid Blyton ke novel novel Teenlit khas remaja dan mulai dari itulah semuanya dimulai.

novel novel roman remaja benar benar membuat fantasiku berkembang sangat liar. dari awalnya yang aku hanya menjadi pembaca, lalu selanjutnya aku berubah mengkhayalkan bagaimana rasanya menjadi si pemeran utama dalam novel novel tersebut. dan tentu saja itu kerap memancing emosi yang berlebihan. terkadang aku menangis karna terlalu membawa perasaan saat membaca novel. dan akhirnya aku menjadi seorang pemipi. disaat aku kehabisan novel untuk dibaca, saat itu juga aku mulai membayangkan beberapa rentetan cerita beruntun dalam kepalaku. dan semua terus berulang.

saat kelas 1 SMA aku mulai mencoba untuk menulis. aku mulai dengan membuat beberapa puisi sampai akhirnya aku jatuh cinta pada dunia puisi. kata kata indah yang mendayu dayu itu benar benar memberikan sesuatu yang tidak dapat diekspresikan secara real yang aku sebut kepuasaan seni. entahlah, tapi yang jelas aku senang membaca puisi dan terkadang membuatnya. hanya saja terkadang aku seperti kehabisan ide untuk membuat puisi. dan itu mungkin karna aku sudah lebih dewasa dan jauh dari masa labil. yah, walaupun aku akui terkadang kelabilan itu kerap muncul, tapi tetap aku yang mahasiswa ini sudah mulai jauh dari dunia kepuisian.

saat kelas 1 SMA juga aku menulis tentang roman percintaan dan masih menggunakan buku tulis. aku senang menulis. bukan hanya menulis tapi "menulis". benar benar menulis dengan tangan. aku senang melihat tulisan tanganku sendiri. dan akhirnya, buku tulis isi 100 dan  60 berhasil merangkum isi cerita labilku. aku menceritakan itu pada teman temanku, dan mereka dengan senang hati membacanya. awalnya aku merasa itu hanya seperti impian atau rentetan cerita dimana aku -sebagai penulis- ingin menjadi si tokoh utama. dan itu membuatku sedikit keki untuk membiarkan temanku membacanya. namun karna mereka terus mendesak dan meyakinkanku bahwa seaneh apapun itu mereka tidak akan tertawa, barulah aku membiarkan mereka bergantian membacanya.

dan saat seorang dari mereka selesai, aku sangat terkejut dengan responnya "vira... itu keren kali -banget- cuma emang penulisannya masih perlu di perbaiki" ucapnya disusul dengan tatapan berbinar. entah karna dia sedang kelilipan atau dia memang senang dengan karyaku. dan aku hanya bisa tersenyum sambil menahan rona merah yang tidak terlihat di wajah kusamku. dan yang sangat tidak disayangkan, mereka semua menyukainya. dan tentu saja itu membuatku sumringah dan semakin membiarkan diriku tetap bermimpi. dan sejak saat itu, aku menulis untuk kebutuhan.

diakhir 2009, aku mulai mengenal sosok fenomenal bernama -ehm- Justin Drew Bieber. seorang cowok asal Kanada yang berhasil meraih mimpinya. oke cukup, karna pasti akan memakan beribu kata untuk mendeskripsikan Justin -idolaku-.  dan ya, aku adalah Beliebers. dan di tahun 2010 aku mulai membuat sebuah account fanbase dengan nama @belieberbeebs. dan karna pada saat itu account lain berlomba membuat BLS atau yang biasa dikenal dengan Bieber Love Story, saat itu juga aku mulai memantapkan diri untuk ikut meramaikan dunia fan fiction di jejaring sosial twitter itu. dan muncullah karakter Darell Gwendoline (http://reveurnoter.blogspot.com/2011/03/darell-story-part-i.html)

dan respon yang muncul benar benar diluar dugaan. yah, secara endingnya juga failed abis -hahaha-. dan mulailah bermunculan request untuk cerita baru. dan saat itu aku merasa ini akan jadi sebuah batu loncatan untuk kebiasaanku bermimpi. dan selanjutnya muncullah sebuah cerita -yang alhamdulillah banyak yang suka- dengan judul "Lory Story" (http://reveurnoter.blogspot.com/2011/07/lory-story-when-story-start.html ) aku memang ga berbakat untuk menciptakan sebuah judul, jadi yah muncullah judul yang seadanya. dalam cerita itu aku bercerita tentang seorang gadis dari masa lalu Justin -berhubung fanfiction- yang kembali dengan sejuta memoar indah dari masa kecil mereka. dan berakhir dengan tragisnya.

dan saat itu, saat Lory Story selesai, banyak mention yang menunjukkan komentar komentar mengharukan tentang ceritaku. beberapa dari mereka mengaku kehabisan tissue, membasahi komputer dan laptop mereka sendiri, galau, dan bermacam macam istilah lain yang mereka lontarkan.
bahkan ada satu yang benar benar aku ingat. itu adalah seorang cewek -yang namanya dirahasiakan- yang mengirimiku sebuah foto via bbm. difoto itu menampilkan seorang cewek yang lagi nangis. dan guess what? nangis gara gara baca ending Lory Story. ga sedikitpun aku ketawa atau menertawakannya. yang ada aku malah kaget sekaligus terharu. dan sejak saat itu aku ketagihan dan semakin ketagihan nulis. 

nulis memberikanku banyak pengalaman. bukan cuma pengalaman, tapi juga pengetahuan dan teman. buktinya saat itu accountku itu mencapai 5ribuan followers -sayangnya kena hack- aku mulai berkenalan dengan mereka dan berteman. dan ya, aku senang melakukannya. aku senang menulis, menuangkannya dalam kata kata, mempublikasikannya dan bertinteraksi dengan mereka yang membaca tulisanku.

namun semakin kesini, aku mulai jenuh menulis fanfcition. dimana imajinasiku terbatas untuk tertuang. bagaimana mungkin aku menulis tentang Justin Bieber menikahi fans, atau fans menjadi pacarnya Justin Bieber? hal itu yang aku sebut terlalu sulit tercapai. dan satu yang jadi pedomanku adalah fiksi harus tetap masuk akal. dan pernikahan antara idola dan fans benar benar sangat jauh dari bayanganku -hahaha-. jadi aku mulai banting stir menjadi penulis fiksi normal. dan semua berawal dengan satu cerita berjudul Another Story, cerita yang lagi lagi tragis. entah kenapa aku memang seperti penulis spesialisasi sad story. dalam cerita ini aku memakai latar kota metropolitan atau bahkan megapolitan Los Angeles. aku benar benar terobsesi dengan kota gemerlap itu sedari dulu. kota itu seperti punya keramaian sendiri yang tidak akan di dapat dimanapun. dan komentar pun berdatangan tentang cerita tersebut. diantaranya adalah dari:
@nabilAsti "#anotherstory story ke 2 setelah #LoryStory yg sukses bikin ku nangis sendirian di kamar sampe di ketawain adekku u.u"
@farhaAnnisa "#anotherstory beda dari story yang lainnya. lebih banyak cerita tentang kisah kakak-adik. emosional banget. really awesome!!"
atau mungkin komentar dari @sherinkhalista "#anotherstory berasa jadi rey waktu baca ceritanya u,u ada adit, randy, randa. Huhu u,u" dan @mayangaenio "#anotherstory serasa masuk kedalem cerita,walaupun masalahnya agak berat tapi ini ceritanya buat remaja banget,love bgt!!! <3" karna memang itulah yang aku harapkan. pembacaku bisa terbawa dalam cerita persis seperti yang aku alami selama ini. dan tidak jarang dari mereka melontarkan pertanyaan yang menggelitik seperti "kakak pernah ke LA ya?" atau "kakak sering ke luar ya?" dan tentu saja itu membuatku merasa menjadi pemimpi tidaklah sia sia. karna saat aku bermimpi dan mengkhayal suatu saat aku akan ada disana, saat itu lah search engine dan tumblr menjadi sahabat terbaikku. dan beberapa pertanyaan yang sering terlontar adalah "kak, bukuin dooooong..."

impian untuk menjadi penulis sudah sejak awal ada. bahkan sejak aku duduk di kelas 6 SD saat aku tergila gila dengan sapta siaga karakter yang diciptakan Enid Blyton. aku berharap suatu saat aku akan menjadi penulis sehebat beliau dan keinginan itu bertambah saat aku membaca novel Teenlit berjudul Dealova karya Dian Nuranindya yang berhasil membuatku berurai airmata dan akhirnya dibuat versi movie. dan semakin mmebuncah dengan adanya Harry Potter. aku yang kurang percaya diri ini hanya bisa menimbang nimbang sambil terus bermimpi dan berdoa suatu saat hobiku ini bisa menjadi satu jalan untuk sesuatu yang lebih baik kedepannya.

dan cerita ceritaku terus berkembang dari mulut kemulut. ketidak sukaan orang sekitarku sekarang berubah menjadi sebuah binar binar dimata mereka saat aku menceritakan cukup banyak orang yang menyukai ceritaku. dan tidak ada lagi kata kata "jangan mimpi" atau "ngayaaaal aja" semua itu seperti hilang terbawa hiruk pikuk orang orang terbaik yang selalu mendukungku -sekarang-. dan orangtuaku juga menjadi bangga menyadari hal tersebut. sampai akhirnya aku tahu, menjadi pemimpi -tentunya dibarengi dengan usaha dan doa- adalah sebuah awal untuk sesuatu yang baik. karna pada saat itu sebuah tawaran datang untuk menerbitkan ceritaku dalam bentuk e-book....

“Believe in your dreams and they may come true. believe in yourself and they will come true”