Pages

Sunday, August 28, 2011

l'amitié (friendship)

buat aku..., friend is someone who knows the song in my heart and can sing it back when i have forgotten the words. sahabat buat aku adalah sesuatu banget. haha. terkesan omongan anak jaman gitu. tapi believe it or not aku udah biasa sama bahasa "sesuatu banget". oke, balik ke pokok permasalahan. SAHABAT. satu kata yang berarti seribu buat aku. kebayang ga sih gimana hampanya hidup kalo kita ga punya orang-orang, -atau mungkin kalu lo kurang beruntung mungkin bisa jadi seseorang- yang bisa jadi tempat sampah kita ?
tempat sampah disini bukan maksudnya tempat lo buat kertas kertas coretan tugas lo yang salah, atau tempat lo buang tisu atau bahkan tempat lo ngumpulin upil lo (oke ini berlebihan). maksud aku itu, sahabat atau biasa dibilang sohib atau kedan atau apalah itu bener bener berarti buat aku. 
you know what ? life would be boring without me. tunggu... without me ? yeah sure. without me. setidaknya sahabat lo bakal ngatain itu ke lo kalo lo itu beneran sahabat dia. lagi lagi, percaya atau engga. tanpa sahabat, aku atau mungkin juga lo lo lo semua itu gabakal bisa bertahan di dunia yang super insane ini. sahabat itu resep terpenting dalam hidup aku.
aku merasa benar benar beruntung bisa punya sahabat sahabat yang benar benar ngertiin aku. sejauh ini aku bener bener ngerasa nyaman senyaman nyamannya aku dikamar sendiri kalo sama mereka. oke, tanpa perlu berleha-leha, aku bakal mentionin mereka satu satu. mungkin ini terkesan ga perlu buat lo. tapi ini perlu buat aku. gila apa ya...
aku mau seluruh followers di blog tau aku punya sahabat oke punya. hehe (walaupun followers blog sejauh ini baru 26)
oke oke... mereka itu bukan tipe anak gaul jaman sekarang yang hobi keluar masuk mall, nongkrong di foodcourt, spend time di salon, atau apalah itu. same like me sih. tapi beberapa orang masih aja anggap aku anak "jaman" ga ngerti deh jaman mana. haha
sebenernya aku itu temenan berenam. kita kita itu terdiri dari aku sendiri, terus ada yang namanya ayuk, uyak, dina, fera, sama maya. nah, di foto awal itu minus maya.




oke, pertama aku bakal cerita soal ayuk alias Dwi Ayu Mentari alias si aye.
aku kenal ayuk udah dari SMP dan semakin deket pas SMA. dari semuanya jujur aku paling deket itu sama dia. kisah hidup aku sama dia itu nyaris sama. hehehe.
ayuk itu anaknya suer cerewet abis. tapi nyenengin. suka ribet sendiri. tapi lucu. kita berdua punya hobi yang sama. sama sama gila novel, plus gila Justin Bieber. awalnya sih cuma aku doang yang ngefans ama Justin. eh, ujungnya dia terkontaminasi juga.


nah, yang kedua itu uyak. alias Surya Indah Mentari alias uyee. hehe banyak bener aliasnya ya ? tapi jujur aku berani sumpah deh dia bukan teroris atau buronan. haha
aku kenal uyak semenjak SMA. awalnya aku kira dia itu pendiem gimana gitu. tapi ternyata sama aja.
dan jujur gaada satupun dari kami yang pendiem. kami itu lebih mematikan dari yang terlihat. dan uyak juga satu dari kami. so, kalau kalian ngira dia pendiem dan manis juga itu salah. kami itu bisa ngerusak kalo udah rame rame. hahaha betek.


yang ketiga adalah fera alias Fera Ferdian alias Mano. sama kaya sebelum sebelumnya, dia juga bukan teroris. gaada pantes pantesnya jadi teroris.
nah kalo fera ini aku kenalnya lama juga. dia itu yang paling polos dari kami semua. polos beneeeer. ibaratnya itu gaenak kalo ngumpul gaada mano. gaada yang bisa di polos-polosin. hahaha.
kalo aku sama fera sih sama sama orang padang. berapa kali janjian mau pulang bareng, tapi tetep men ga kesampean. soon ya mano xxx


nah kalo ini namanya dina alias Dina Tiara Belinda alias dinut. masih sama dia bukan teroris. tapi lebih berbahaya dari teroris. haha
aku kenal ini anak dari SMP. berlanjut ke SMA. parahnya, pas SMP dia ga kenal aku. berasa secret admirer gitu gak sih akunya. haha.
dina sama juga sih sama aku sama ayuk. kita suka baca novel gitu. bedanya, dina anti banget ama yang namanya Justin Bieber. hanya saja (cie bahasa gue kabawa bawa) dia belakangan berhasil dicekoki beberapa lagu justin. hahahaha *evillaugh
dina ini anaknya abis banget ngakak kalo sama dia. ga ngerti. yang jelas dia itu temen berantem papa kalo jumpa. cadas 


nah itu yang pake jilbab namanya maya alias Maya Syafitri alias mae. bukan buronan juga.
nah, maya itu yang paling waras dari kami semua. gimana engga. saat kami semua heboh grasaku grusuk berusaha cari contekan waktu ujian fisika, oke diulang FISIKA, dialah yang paling santai ngerjain soal sambil goyang goyangin kaki. kebayang ga sih. FISIKA.
dan akhirnya dia sekarang itu kuliah di jurusan fisika. jadi intinya, mae lah yang paling waras diantara kami. 
tapi bukan berarti mae anaknya gaasik diajak temenan. sumpah juga dia bukan tipe anak nerd yang pake kacamata dan cupu ga ketulungan. jadi, kita tetep membunuh kalo barengan.

nah, itu dia perkenalan temen temen aku. aku sih nyebut kami itu "bees" kenapa "bees" ? tentu bukan karna unyu atau alasan aneh lainnya. itu karna kita itu tepatnya kaya lebah. saling tolong mennolong tapi, tetep ributnya ga keruan. haha kurang lebih gitu sih. aku bener bener bersyukur deh aku kenal mereka di masa SMA yang singkat ini. dan alhamdulillah semuanya berlanjut sampe sekarang. terlalu banyak kenangan yang ada. mulai dari nonton konser outdoor pertama di lapangan, nonton pensi sampe tengah malam, pyjamas party sambil makan somboy plus nonton paranormal activity, ngepos di pos satpam pulang sekolah, dan banyak hal hal yang ga penting lainnya. intinya, aku bersyukur bisa kenal sama mereka. aku harap ini akan berlangsung selamanya...
dan walaupun waktu untuk ketemu itu benar benar berkurang sekarang, aku sadar ada kekuatan yang memancar di balik kita :D


--- i love you guys xoxo

"Don't walk behind me; I may not lead. Don't walk in front of me; I may not follow. Just walk beside me and be my friend"

i dedicated this for my bees : ayuk, uyak, dina, fera, mae. thanks for everything. love you guys <3

Une Promesse


“Sel, could you please bring Jaxon to Erin ? I need to do something out there,” ucap cowok berkaos biru itu sambil terus memandangi pemandangan yang tampak tidak asing didepan rumah kakek dan neneknya itu.
Cewek yang dipanggil Sel tadi langsung mengambil anak kecil bernama Jaxon tadi dari gendongan cowok itu tanpa banyak bertanya. Membuat cowok itu sedikit bersyukur karna dia tidak harus menjelaskan apa-apa lagi.
Cowok itu lalu berjalan keluar dan mendapati pemandangan yang terus dia pandangi dari dalam tadi. Sammy, anjingnya. Anjingnya itu sedang bergumul dengan anjing pudel yang tampak begitu familiar dan membawa sebuncah rasa rindu yang menggebu.
Cowok itu lalu berjongkok di hadapan kedua anjing itu. Mengelus kepala Sammy, anjingya dan beralih ke anjing pudel satunya. Mengelus kepalanya dan bergumam “where`s your miss cute dog ?” cowok itu lalu terlihat menerawang kembali ke ingatan masa lalunya. Dimana seorang gadis kecil sedang mencari cari anjingnya.

***flashback***

“sally… wait !!” gadis kecil yang sedang memasang sepatu rodanya itu tampak panik ketika anjing kesayangannya itu berlari kearah rumah di depan rumah tantenya. Gadis itu langsung mengumpat, menyadari bahwa akan menjadi sangat susah kalau ternyata pemilik rumah diseberang rumah tantenya itu adalah orang yang galak dan sangat tidak bersahabat. Tapi, gadis kecil itu benar benar tidak punya pilihan lain, dia tidak akan membiarkan atau sekedar menunggu anjing kesayangannya itu kembali dengan sendirinya kerumahnya.Akhirnya, dia memutuskan untuk menyusul anjingnya itu.
“sally, come on… come here !!” gadis itu berusaha membujuk sally yang bersembunyi di bawah kolong mobil di pekarangan rumah tetangga depan tantenya itu. Gadis itu lalu bersusah payah dan berjongkok di samping mobil itu. Mengulur-ulurkan tangannya berusaha menjangkau sally.
Tanpa dia sadari sepasang mata dari balik jendela kaca rumah itu mengawasinya sambil tersenyum usil. Lalu tertawa begitu melihat gadis itu kesusahan menjangkau anjingnya dengan sepatu roda yang melekat di kakinya.
“oh, come on sally. Don`t be like this,” ucap gadis itu sambil memajukan bibirnya. Membuat gadis itu terlihat semakin lucu.
Gadis itu kembali mendongakkan kepalanya ke kolong mobil dan “woaa !!” gadis itu sedikit terkejut mendapati seseorang di sisi lain mobil itu juga melongok ke kolong mobil. Seorang cowok dengan rambutnya yang nyaris menutupi matanya.
Gadis itu langsung berusaha berdiri dengan sedikit kepayahan. Sementara cowok itu tertawa kecil sambil menggendong sally. Anjing pudel milik gadis kecil itu.
“you should try to ask for help,” ucap cowok itu sambil menyerahkan sally kepada gadis sepatu roda itu.
“eh, thanks for your help,” gadis itu lalu mengambil sally dari gendongan cowok berambut aneh itu dan menggendongnya.
“so you live at that house ?” cowok itu menunjuk rumah di depan rumahnya.
“no, that`s my aunt`s,” ucap gadis itu masih menatap cowok di hadapannya itu.
“I need to go. And once again, thanks” gadis itu berlalu dan mengayuh langkahnya menuju taman di dekat rumah mereka.
“she doesn`t let me ask her name” gumam cowok itu sambil memandangi punggung gadis bersepatu roda itu yang semakin menjauh.

***back to story***

Cowok itu tersenyum kecil menyadari betapa dia merindukan gadis bersepatu roda itu.
Setelah kejadian itu, mereka memang beberapa kali bertemu dan bermain. Entah itu bermain dengan anjing mereka, berjalan di taman, atau hanya sekedear bercerita dan melontarkan guyonan lucu satu sama lain. Yang jelas, mereka saling mengisi masa kecil satu sama lain.
Mata cowok itu terpaku saat cowok itu mendapati seorang cewek dengan celana pendek dan sweaternya keluar dari rumah di depan rumahnya. Membuat jantungnya tiba tiba berdesir. Seperti merasakan sengatan sengatan listrik menjalari tubuhnya. Entah kenapa cowok itu merasa mengenal sosok itu. Walaupun nyaris 3 tahun mereka tidak bertemu.
Cewek itu terlihat kebingungan. Seperti mencari sesuatu. Berjalan kearah samping rumahnya dan seperti berteriak-teriak kecil. Tiba-tiba cowok itu seperti tersadar akan sesuatu. Lalu dia meliaht kearah anjing dihadapannya tadi yang kembali bergerumul. Dan tersenyum.
Cowok itu kembali mengedarkan pandangannya ke rumah di depan rumah kakek dan neneknya itu, lalu mendapati cewek tadi memegang kepalanya dan terlihat putus asa. Lalu berjalan kearah pintu rumahnya. Membuat cowok itu refleks berdiri dan berseru “Gwen…!!”
Cewek itu terdiam. Lalu memegang tengkuknya. Masih memikirkan anjingnya yang tiba tiba menghilang. Padahal dia ingat anjingnya itu masih ada di ruang keluarga tadi.
Tiba tiba cewek itu menoleh kearah mobil yang terparkir dii pekarangan rumah. Lalu berjalan kearahnya. Berdiri dan berkacak pinggang. Dia nyaris lupa kalau anjingnya itu hobi bersembunyi di kolong mobil.
“sally, come here…” gadis itu menghentakkan ujung kakinya. Berharap anjing kesayangannya itu akan melihat dan keluar begitu menyadari majikannya itu cukup sabar mencarinya.
Cewek itu menunggu beberapa detik. Namun tidak ada tanda tanda sally akan keluar sama sekali. Akhirnya cewek itu menghela nafas berat dan berjongkok di samping mobil itu. Melongok ke dalam. Berharap akan menemukan sally. Namun ternyata “she isn`t there,” ucap cewek itu sambil terdiam.
Namun sebelum cewek itu bangkit, seekor anjing yang sangat dikenalnya menghampirinya sambil menggoyangkan ekornya lucu.
“hey, you. You`re looking for sally, huh?” cewek itu berbicara dengan lembut sambil mengelus kepala anjing lucu itu.
“I lost her. I don`t know where is she. You know ?” cewek itu bangkit sambil menggendong anjing lucu berjenis papillon pooch  itu.
“still looking for this one?” tiba tiba sebuah suara mengagetkannya. Membuat cewek itu dengan refleks berbalik. Dan mendapati seseorang dari masa lalunya, yang sekarang sudah benar benar begitu berbeda.
“y…you ?” cewek itu terbata begitu mendapati seorang mega bintang berdiri di pekarangan rumahnya dan menggendong anjing yang dia cari cari. Mega bintang yang dulu pernah menjadi bagian dari memori masa kecilnya.
“hey…” cowok itu menyapa cewek itu dan tersenyum dengan senyuman khasnya.
“here you are…” cowok itu menyodorkan sally ke pemiliknya. Dan cewek itu masih dengan setengah kesadarannya, mengambil sally dan balik menyodorkan anjing papillon pooch bernama sammy itu ke pemiliknya.
Cewek itu masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Justin Bieber, teman masa kecilnya yang berubah menjadi mega bintang, kini ada tepat di hadapannya. Dan seketika, semua kenangan kenangan tentang mereka seperti kembali terputar dalam ingatan cewek itu. Seperti film lama yang sangat dirindukan.
“how are you, Gwen ?” ucap Justin masih dengan senyumnya.
Gwen terdiam. Dia tidak menyangka Justin masih akan mengingat namanya.
“eh… i`m good. And how`s yours ?” Gwen balik bertanya. Tapi, sebelum Justin sempat menjawab, seseorang dari balik tubuh Justin tampak memanggil dan melambai kearahnya. Hanya saja, Justin yang membelakanginya tidak bisa mendengar dan otomatis tidak bisa melihatnya.
“I think someone need you, now” Gwen berbicara rendah ke Justin. Sambil mengisyaratkan Justin untuk menoleh ke belakangnya. Dan Gwen sadar, cewek cantik di rumah depan yang memanggil Justin adalah Selena. Selena Gomez.
“I think so” ucap Justin canggung. Entah kenapa otaknya seperti tidak bisa bekerja di hadapan Gwen.
Justin berbalik dan akan meninggalkan Gwen. Tapi suatu keinginan membuncah di perasaannya, membuatnya kembali berbalik.
“meet me in the park at 11. I`ll be there,” ucap Justin lalu berbalik tanpa menunggu respon dari Gwen. Dia tau Gwen akan ada disana.
Gwen tak bergeming. Masih berdiri di tempatnya. Memandangi punggung Justin yang semakin menjauh. Dan dari sebrang sana, Selena tampak seperti menanyakan soal dirinya ke Justin. Dan mereka langsung menghilang di balik pintu rumah sederhana itu.

***the story started***

Justin Drew Bieber. Mega bintang sekaligus Youtube fenomena itu, dulunya adalah teman Gwen. Gadis kecil yang hobi bermain sepatu roda, yang sering dititipkan ibunya di depan rumah kakek Justin.
Semua bermula dari kejadian sally yang bersembunyi di bawah kolong mobil kakek Justin. Dan Justin mengambilkannya untuknya.
Awalnya, Gwen tidak pernah menyangka akan berteman dengan Justin yang menurutnya sangat aneh dengan rambutnya yang nyaris menutupi wajahnya. Namun dia salah. Justin juga teman temannya Ryan, Chaz, Nolan, dan yang lain benar benar adalah orang yang seru. Dan itu membuat Gwen semakin betah di rumah tantenya itu.
Diantara semuanya, Gwen dan Justin lah yang paling sering menghabiskan waktu bersama. Gwen bahkan sempat menemani Justin ngamen di Avon Theatre. Gwen juga ada di Stratford Competition bersama Ryan, memberi dukungan untuk Justin.
Dulu,Gwen senang mendengar suara Justin. Mereka sering duduk di taman dan bernyanyi nyanyi kecil. Atau mereka sering menghabiskan waktu bermain drum di salah satu rumah tetangga mereka. Tepatnya, Gwen hanya melihat Justin dengan rambut anehnya itu menabuh drum dengan sangat baik.
Gwen bahkan begitu semangat mendengar cerita Justin bahwa seseorang bernama Scooter Braun mencari cari dirinya dan mengaku kagum dengan suaranya. Bahkan Gwen ikut senang ketika Justin menelfonnya dari Atlanta hanya untuk mengabarkan bahwa dia baru saja bertemu Usher. Tentu saja Gwen tau Usher. Kakak sepupunya adalah penggemar Usher. Dan Gwen tau Usher adalah pemusik yang handal.
Tapi Gwen tidak pernah tau, bahwa semua cerita seru yang Justin lontarkan akan membuatnya terluka dan kesepian. Dia tau Justin ke Atlanta, tapi Gwen tidak menyangka kalau akhirnya Justin akan pindah kesana.
“it`s hard to separate with all of you, guys. But I must,” kata kata itu Justin ucapkan saat mereka semua ada di taman.
Justin begitu menggebu gebu menceritakan pertemuan demi pertemuannya dengan orang orang penting. Menceritakan betapa orang yang bernama Scooter Braun itu adalah orang yang baik sekaligus hebat. Bahkan Justin menceritakan betapa mewahnya mobil Scooter. Dan itu membuat Gwen harus merelakannya.

***other side***

Malamnya, pukul 10 Gwen berjalan kearah kamarnya dan mencari sesuatu di laci samping tempat tidurnya. Kotak musik.
Gwen memegang kotak musik itu dan menerka-nerka apa isi kotak itu. Sekilas, itu tampak seperti kotak  musik biasa. Kotak musik berbentuk kubus berwarna putih dengan gambar bunga bunga kecil warna warni di sekelilingnya. Seperti tidak ada yang spesial.
Tapi Gwen yakin ada sesuatu yang tersimpan disana. Gwen merasa Justin punya suatu maksud dari itu semua.
Gwen kembali mengingat kejadian saat Justin duduk di ruang tamu rumah tantenya dengan sweater biru bergambar maple leaf, tim hockey kesayangannya sambil memegang kotak itu.

***flashback***

“keep it” Justin menyodorkan sebuah kotak musik ke tangan Gwen saat dia akan pergi meninggalkan Stratford.
Gwen mencoba membuka kotak musik itu, tapi Gwen tidak bisa membukanya.
“i`ll keep this one” Justin menunjukkan kunci yang dipegangnya. Kunci kotak musik itu.
“i`ll be back, and i`ll give it to you at your 17th birthday,” ucap Justin sambil tersenyum kearah Gwen yang masih bingung dengan maksud cowok dihadapannya itu.
Tapi, belum sempat Gwen menanyakan apapun lagi, Justin buru buru pamit karna harus buru buru ke bandara.
“i`ll miss you” Justin mendekat lalu dengan refleks memeluk Gwen. Untuk pertama kalinya.
Gwen hanya bisa termenung. Sedikit terkejut dengan perlakuan Justin. Tapi gadis itu hanya bisa tersenyum dan berkata “take care and keep follow your dream. Everything`s reachable,” ucap Gwen melepas pelukan justin dan tersenyum.

***back to story***

Gwen masih memainkan kotak itu dan mengingat semuanya. Mengingat semuanya benar benar membuatnya tersenyum sekaligus rindu.
Justin sekarang benar benar berubah di mata Gwen. Rambut aneh Justin itu berubah menjadi rambut acak yang terlihat sangat cocok dengan Justin. Suaranya juga berubah. Lebih dalam dan menjadi rendah. Gwen tidak pernah menyangka akan bertemu Justin lagi. Di hari ulang tahunnya ini. Dan juga hari ulang tahun Justin. Gwen bahkan terlalu terkejut sampai dia tidak sempat mengucapkan selamat ulang tahun ke Justin.
Ya, ulang tahun mereka jatuh di tanggal yang sama. 1 maret. Hanya saja, Justin lebih dulu lahir dari Gwen. Justin di tahun 1994, dan Gwen di tahun 1995.
“does he still remember my birthday?” Gwen bergumam. Dia sadar, dia tidak bisa menjawab pertanyaannya itu sendiri. Karna jujur, dia tidak tau apakah Justin masih mengingatnya atau tidak.
Semenjak Justin pindah ke Atlanta, Gwen lebih memilih menghabiskan waktunya di rumah ibunya. Dan tidak berkunjung kerumah tantenya lagi. Dan dia kehilangan kontaknya dengan Justin. Namun Gwen tetap mengikuti perkembangan Justin. Semuanya. Nyaris tidak pernah tertinggal. Gwen turut sedih saat beberapa gossip dan death treats menyebar dengan tak terkendali. Dan soal Selena, tentu Gwen tidak punya hak untuk marah atau membenci hal itu. Hanya saja Gwen sedikit sedih saat dia bisa dengan gampangnya mendapati foto foto makeout Justin dengan Selena.
Gwen lalu beranjak mengambil sweaternya. Lalu berjalan turun. Jam di tangannya menunjukkan pukul 11 malam, dan akhirnya Gwen mumutuskan untuk pergi ke taman, persis seperti apa yang di katakan justin tadi.
Gwen mengantongi kotak musiknya itu dan berjalan menyusuri dinginnya Stratford malam itu. Cahaya dari rumah rumah di lingkungan itu remang. Memberi kesan sedikit hangat dan sedikit sendu. Sangat kontras dengan perasaan Gwen.
Gwen menerka-nerka apa yang akan di bicarakan Justin nanti. Apakah Justin akan datang dengan cupcake sama seperti saat terakhir kali mereka merayakan ulang tahun mereka ? atau Justin justru hanya akan menanyakan kabarnya ? tanpa menyinggung hal hal dari masa lalu mereka ?
Gwen menyerah. Dia tidak ingin menebak apa yang akan terjadi. Dan Gwen memilih untuk duduk di kursi taman dan menengadahkan kepalanya ke langit.
Cahaya bulan malam itu sama sekali tidak terang. Bulan seolah enggan berbagi cahayanya dengan insan di bumi. Membuat gwen diliputi sepi yang luar biasa.
Nyari 15 menit Gwen menunggu, dan tidak ada tanda Justin akan muncul. Cahaya dari rumah kakek dan nenek Justin masih terlihat, hanya saja tidak ada tanda bahwa akan ada sosok yang keluar dari hangatnya rumah itu.
Gwen menghela nafas panjang. Menimbang-nimbang. Haruskah dia tetap disini atau dia memang tidak seharusnya disini. Tapi Gwen akhirnya memutuskan bahwa dia akan menunggu Justin 15 menit lagi. Rasa penasaran mengalahkan semua kecemasannya. Dan Gwen mulai mensugesti diri bahwa Justin akan datang.
15 menit kemudian berlalu. Dan Gwen masih tidak bisa mendapati Justin. Bahkan tidak aroma tubuhnya. Dan itu cukup membuat Gwen merasa dipermainkan. Dan kecewa. Gwen melangkahkan kakinya dan beranjak dari taman itu dengan langkah berat. Separuh hatinya masih berharap Justin akan datang.
Gwen berjalan menuju rumah tantenya, namun terhenti saat dia melihat sebuah Range Rover berhenti di depan rumah kakek Justin. Dan sedikit terkejut saat mendapati Justin turun dengan tergesa. Disusul selena. Ada Jaxon, Jazzy, Jeremy, dan Kenny.
Gwen terpaku di tempatnya. Dan tiba tiba Justin mendapati dirinya. Menoleh ke arahnya. Lalu mengatakan sesuatu. Dan dari gerak bibirnya, Justin seperti mengisyaratkan Gwen untuk menunggu sebentar.
Akhirnya Gwen memilih untuk kembali ke taman dan duduk di bangku tadi. Tidak bisa dipungkiri jantungnya berdegup kencang. Kenangan masa lalu kembali berputar di kepalanya. Membuatnya bisa mengingat setiap momen yang mereka lalui bersama.
Beberapa menit berlalu sampai akhirnya sebuah suara berat yang entah kenapa sangat di kenal Gwen mengagetkannya.
Gwen mendapati Justin berdiri masih dengan kaos hitam dan jeansnya. Juga supranya.
Seketika dadanya kembali berdegup. Suara Justin seperti masuk lewat telinganya dan menyebar keseluruh bagian tubuhnya. Memberi sengatan sengatan kecil di sekitaran hatinya. Dan memberi kehangatan untuk tubuhnya. Entah kenapa…
“sorry you wait m more longer,” ucap Justin menyesal. Gwen bisa melihat raut penyesalan di wajah Justin. Wajah yang kini dipuja oleh jutaan gadis di seluruh dunia. Wajah yang dulu sering tersenyum untuk Gwen.
“that`s okay,” balas Gwen menunduk. Gwen merasa wajahnya tiba tiba memerah. Pikurannya melayang entah kemana. Membayangkan dia menyentuh wajah Justin.
Ada jeda beberapa saat diantara mereka. Hanya ada hembusan angin yang semakin dingin dan suara suara semak yang bergoyang. Menambah mendung suasana yang tercipta.
“how`s your life ?” Justin memecah keheningan dengan kalimatnya. Membuat Gwen sedikit tersentak.
“eh, good. Yours ?” Gwen balik bertanya. Matanya masih menatap rumput rumput basah di hadapannya. Rumput yang basah oleh embun.
“as usual…” Justin terkekeh. Entah kenapa Justin bingung jika seseorang menanyakan keadaannya. Dan satu satunya yang biasa dia jawab adalah, sama seperti biasa.
Gwen hanya mengangguk. Canggung. Cowok di sampingnya ini bukan lagi cowok aneh yang hobi main hockey dengan rambut yang nyaris menutupi wajahnya. Cowok itu adalah Justin Bieber. Cowok dengan jutaan fans yang begitu setia mendukungnya. Cowok itu juga sudah menjelma menjadi hot stuff di dunia. Dan cowok itu jelas bukan Justin yang Gwen kenal. Jarak dan waktu yang menyebabkan kecanggungan diantara mereka.
 “do you remember about the last time we celebrate our birthday together ?” Justin memiringkan wajahnya. Melihat kearah Gwen. Gwen yang sekarang pun telah berubah. Gwen berubah menjadi cewek cantik dengan rambut ikal brunettenya. Namun matanya tetap memancarkan binar binar lucu yang menyenangkan buat Justin lihat. Caranya berbicara juga masih sama. Pelan, namun tegas. Dan matanya tetap enggan menatap balik mata Justin.
Gwen terdiam. Sama sekali tidak menyangka bahwa Justin akan menyinggung kenangan mereka. Gwen malah mengira Justin sudah melupakannya.
“sure,” jawab Gwen singkat. Gwen benar benar kehabisan kata katanya.
Justin mengernyit. Menyadari kalau sepertinya Gwen menjadi sedikit lebih pendiam. Tapi Justin enggan membahas soal itu. Justin enggan membuat Gwen merasa tidak nyaman berada di sampingnya.
Justin sadar semua sudah berubah. 3 tahun tidak bertemu dan kembali bertemu dengan keadaan yang sudah berbeda 180 derajat bukanlah suatu hal yang mudah. Dia sadar, mungkin Gwen merasa sedikit canggung berada di dekatnya.
“do you still keep the music box that I gave to you ?” Justin bertanya dengan nada yang lebih rendah. Suaranya sedikit bergetar. Ada rasa gamang saat Justin mengucapkan kalimatnya itu. Justin takut mendengar jawaban Gwen. Takut kalau kalau jawaban Gwen sangat tidak dia harapkan.
Gwen tercengang. Mengangkat kepalanya dan menoleh kearah Justin. Dia nyaris kehilangan nyawanya karna tiba tiba saja jantungnya berdetak sangat kencang dan Gwen begitu terkejut. Tidak pernah menyangka Justin masih akan mengingatnya. Dan itu tandanya…
“and you still keep the key ?” Gwen malah balik bertanya.
“I asked you first,” ucap Justin
Gwen terdiam. Lalu mengangguk “I do,” jawabnya lagi.
Justin tersenyum. Entah kenapa Justin merasakan kelegaan yang teramat sangat. Jawaban Gwen itu benar benar jawaban yang dia harapkan.
Gwen lalu merogoh kantung jaketnya, dan mengeluarkan kotak musik tersebut. Menyodorkannya ke justin “so, how`s the key ?” Gwen menatap mata Justin. Memberanikan dirinya.
“how if I say I lost the key ?” tanya Justin pelan. Dan menunggu reaksi Gwen.
Gwen tercengang. Membuang tatapannya dari Justin. Entah kenapa seketika perasaanya seperti tercabik. Dia tidak pernah berfikir kalau Justin akan kehilangan kunci untuk kotak musiknya. Tidak sekalipun. Dia benar benar berusaha menahan dirinya hingga ulang tahun ke 17nya hanya untuk mendapatkan kunci itu. Padahal tanpa perlu kunci itu pun Gwen bisa membukanya dengan obeng atau apapun. Tapi Gwen terlalu menjaga janji mereka. Dan seketika itu pula Gwen menjadi begitu menyesal.
Justin masih menjaga matanya. Melihat Gwen dari sampingnya. Menunggu respon Gwen. Apa yang akan dikatakan Gwen.
Gwen berbalik dan balas menatap Justin “that`s okay then…,” ucap Gwen berusaha senormal mungkin.
Justin sedikit terkejut dengan respon Gwen. Dia sangka Gwen akan marah, atau bahkan akan langsung meninggalkannya.
“but sorry, I`m really curious about that music box. And I wanna hear the music. Let me broke that,” Gwen beranjak dari tempatnya duduk dan berjalan kearah sebuah pohon yang cukup besar dengan beberapa batu berukuran sedang teronggok di bawahnya.
Justin mengamati setiap langkah Gwen dan setiap gerakannya. Gwen berjongkok dan meraih sebuah batu di bawah pohon itu dan kembali berjalan ke bangku tempat mereka duduk.
“let me broke that” Gwen berancang ancang akan menghancurkan kotak musik itu dengan batu di tangannya.
“NO !!” Justin menahan tangan Gwen agar tidak menghancurkan kotak musik itu.
“why ?” ucap Gwen dengan nada sinis. Dia marah. Dan dia tidak bisa menyembunyikannya. Matanya berkilat marah. Membuat Justin sedikit menyesal.
“you`ll broke my heart too if you broke that music box” Justin masih menggenggam tangan Gwen.
Gwen nyaris menangis. Semua perasaannya bercampur jadi satu. Kerinduannya pada Justin. Dan juga kekecewaannya saat Justin menanyakan soal bagaimana jika dia kehilangan kunci itu. Gwen sangat berharap suatu saat Justin akan datang dan memberikan kunci itu padanya. Dan sekarang, dia memang datang. Tapi semua menjadi begitu sulit.
“use this,” Justin berujar pelan sambil menyodorkan sebuah kunci kecil dengan gantungan kanada tower di sisi atas kunci itu.
Gwen terdiam. Menatap benda kecil yang berkilau di tersorot cahaya lampu taman itu. Kunci kotak musik itu.
“he still keep that” Gwen membatin.
Justin lalu tersenyum. Berusaha memperbaiki semuanya “don`t be sad. I still keep this one”
Gwen lalu meraih kunci dari tangan Justin. Tapi Justin dengan cepat menahan Gwen untuk tidak membuka kotak musik itu.
“wait… not now,” ucap Justin sambil kembali menoleh kearah jam tangannya. 2 menit sebelum pukul 12 malam.
Justin merogoh saku celananya dan mengambil sebuah mancis. Mengeluarkannya dan menghidupakannya.
“happy birthday, roller blade`s girl. All the best wishes for you. I miss you,” ucap Justin sambil tersenyum dan menyalakan mancisnya.
Gwen terkejut. Lagi lagi jantungnya nyaris berdetak lebih kencang. Membuat Gwen takut kalau kalau nanti jantungnya tiba tiba berhenti.
“maybe i`m not the first, but let me be the last,” ucap Justin lagi lalu mendekatkan wajahnya ke wajahn Gwen. Mengecup kening Gwen sambil sekali lagi mengucapkan happy birthday dan menyuruh Gwen make a wish dan  meniup mancisnya.
Gwen tersenyum sebuncah perasaan senang bergelora di dadanya. Dadanya seperti terserang badai. Diselimuti gemuruh. Gemuruh yang membahagiakannya.
Gwen lalu memejamkan matanya. Mengucapkan wish yang sama seperti saat dia terjaga tadi. Dan meniup api dari mancis di tangan Justin.
“happy birthday to you too mister weird hair” Gwen tersenyum kearah Justin dan tanpa bisa dia cegah airmatanya mentes. Menyadari hal itu, dengan sigap Justin memeluk tubuh Gwen. Kembali merasakan hembusan nafas Gwen di tengkuknya dan menghirup aroma rambutnya.
“thanks” Justin mengelus punggung Gwen. Menenangkan teman lamanya itu. Sahabatnya yang sangat dia rindukan. Sahabat yang pernah mengisi hari harinya, dan sahabatnya yang selalu mendukungnya.
Tiba tiba Justin merogoh saku celananya dan mendapati telfon selularnya bergetar dan menampilkan nama “Kenny” disana.
Justin menempelkan selularnya di telinganya lalu menjawab “wait i`ll be back later. Gimme 5 minute,” jawab Justin lalu kembali meletakkan selularnya.
“you need to ga back, right ?” Gwen berbicara sambil berusaha tersenyum. Dia sadar dia tidak akan bisa menghabiskan banyak waktu dengan Justin lagi.
“I think so” Justin berkata dengan nada sedikit menyesal.
Gwen tersenyum. Dia tau ini tidak akan mudah, tapi setidaknya dia sadar bahwa Justin masih mengingatnya. Dan masih menjaga janji mereka.
“i`ll go back to Atlanta tomorrow morning. And…” Justin kehilangan kata katanya
“and I will miss you again. Put your number here” Justin lalu menyodorkan selularnya ke tangan Gwen. Lalu Gwen dengan cepat mengetikkan nomernya disana.
Lalu Justin menyimpan kontak Gwen dengan nama “roller blade”
“i`ll contact you later, Gwen. Thanks for everything,” ucap Justin sambil memeluk Gwen. Merasakan sensasinya lagi.
“can I borrow your phone ?” tanya Justin membuat Gwen sedikit heran. Namun Gwen tetap menyodorkan smartphonenya.
“closer” ucap Justin sambil berusaha meraih pundak Gwen.
Lalu Justin merangkul gadis itu dan mengabadikan momen mereka itu dengan kamera smartphone Gwen.
“I can`t give you any gift. I wish that`ll be a best gift that you ever get. And that key, too” Justin tersenyum lalu seklai lagi mengecup kening Gwen dan mengacak rambut Gwen.
“meet you really soon” Justin melambai meninggalkan Gwen yang masih terpaku. Semua terjadi begitu cepat. 
Dan Gwen hanya bisa berseru “i`ll really miss you weird hair!!”
Justin berbalik dan tersenyum dan kembali melambai kearah Gwen. Dan berjalan semakin menjauh.
Gwen tersenyum. semua terasa seperti mimpi. Justinnya, kembali. Sahabat lamanya yang benar benar dia rindukan. Dan dia yakin semua akan kembali seperti dulu lagi.
Gwen lalu berjalan kembali kerumahnya. Menenteng kotak musik di tangannya dengan kuncinya yang sudah tersemat disana.
Gwen langsung beranjak menuju kamarnya. Melepas jaketnya dan duduk di balkon kamarnya yang menghadap ke jalan. Menghadap kerumah kakek Justin.
Perlahan Gwen memutar kunci kotak musik itu, dan membukanya. Seketika 2 balerina dengan baju pink menari nari seirama dengan irama bethoveen yang mengalun dari musik box itu. Dan di sisi lain musik box itu terdapat sebuah kertas yang menyumbul di balik celahnya.
Perlahan Gwen menarik kertas itu agar tidak merusaknya. Dan membuka gulungannya.
a song is no song til you sing it with me. And love in your heart wasn`t put there to stay. Love isnt love til you give it away. And do you know, the hours I spend with you I look upon as sort of a perfumed garden, a dim twilight, and a fountain singing to it. You and you alone make me feel that I am alive. Other men it is said have seen an angels, but I have seen and art enough”
Gwen tersenyum kecil membaca setiap kata yang tertulis disana. Ditulis dengan tulisan yang sulit dibaca. Tulisan tangan kiri justin. Dan disisi belakang surat itu juga tertulis “some people will come into our lives and quickly go. some stay for a while, leave footprints on our hearts, and we are never, ever the same. A single rose can be my garden… a single friend, you, my world” – Jbiebs
Gwen tersenyum lalu bergumam “yeah Justin. We have been friends together in sunshine and in shade”
Gwen lalu memeluk kota musik itu erat dan meletakkan kembali gulungan kertas itu. Berbalik masuk ke kamarnya dengan perasaan lega yang sulit untuk di deskripsikan.
Dan tanpa Gwen sadari, dua pasang mata mengawasinya dari kejauhan. Justin dan Selena. “yep. she`s my friend. A firend who knows the song in my heart and sing it to me when my memory falls”
Lalu dia tersenyum kearah selena dan berkata “you and her and also beliebers mean so much to me. Thanks for that,” ucapnya lalu merangkul selena dan meninggalkan jendela tempatnya dulu biasa mengamati Gwen kecil dari kejauhan…

Yesterday brought the beginning, tomorrow brings the end, and somewhere in the middle we became the best of friends”