Pages

Sunday, January 10, 2016

Keliru

     


     Saat bertemu, kita tidak pernah bicara banyak, memang. Namun di lain hal, kita seperti selalu terus bersemangat. Aku tidak percaya bahwa semua berjalan secepat dan sekuat ini. Aku terus berusaha meyakinkan diriku bahwa bukan cintalah yang aku rasakan. Hanya sepotong ketertartarikan.

     " Ra,..." panggilnya.

     Aku berbalik menatap mata gelap miliknya dari balik lensa kacamataku. Sosoknya yang jangkung dengan seketika memenuhi pandanganku. Rahang tegas, hidung yang mencuat, alis yang bertaut bahkan lesung pipit samarnya tergambar jelas di mataku.

     "Terimakasih" katanya lagi.

     Aku mengernyit heran, menautkan alis "untuk?" tanyaku kemudian. Terheran.

    "Ini" jawabnya sambil menyodorkan sebuah buku sastra lama usang yang beberapa waktu lalu sempat aku pinjamkan padanya. Matanya berbinar menatapku dan senyumnya yang terkembang tidak hilang dari wajahnya.

     "Beneran bagus. Aku suka" sambungnya lagi.
     
    Aku tersenyum lalu mengangguk kearahnya "Sam..." aku hendak mengatakan sesuatu tapi belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, seorang gadis dengan rambut ikal panjang sudah berdiri tepat disampingnya sambil tersenyum manis yang kemudian dengan santainya bergelayut manja di lengannya "yuk, balik" ajaknya dengan mesra sambil melayangkan sebuah senyuman canggung ke arahku.
     
   Aku tak mampu membalas. Aku hanya mampu menelan pahit apa yang aku lihat dihadapanku. Kali ini aku benar-benar percaya bahwa candanya, caranya mengungkap pikirnya adalah tidak lebih dari sekedar dasar pertemanan. Dan aku, aku tidak seharusnya berharap lebih.
  
   "Simpan saja bukunya untukmu" kataku sambil memberikan buku itu lagi padanya. Menghentikan langkahnya yang hampir berbalik, menjauh meninggalkanku.
    
     "Tapi ini..." 
   
     Aku menggeleng memotong ucapannya lalu langsung berbalik, berjalan lebih dulu untuk meninggalkannya. Meninggalkan mereka. Membiarkannya yang menatap punggungku, menjauh.
    
   "Simpan saja buku itu, Aku tidak lagi ingin menyimpan kenangan. Setidaknya, tidak sendirian..." bisikku kepada angin berharap agar angin menyampaikannya pada dia. Dia yang sekali lagi membuatku berharap.


-Selesai-